Kamis, 12 Mei 2016

Lelaki Berjaket Hitam Itu......

Probolinggo - Masih teringat jelas dalam ingatanku bagaimana pertama kali lambaian tangan mu ketika menemukanku setelah kita saling mencari dalam keramaian orang di terminal Kota Surabaya,dan sedikit senyum simpul yang terlukis sinis dari bibir mu. Ada sedikit perasaan gugup, senang, dan hmmm entahlah :) yang jelas perasaan bahagia memenuhi dada waktu itu..
Waktu itu, untuk pertama kalinya kita bertemu setelah sekian lama mengenal, mengenal dalam dunia maya yang sesungguhnya dalam dunia nyata kita hanya berjarak tidak kurang dari 500 meter setiap harinya, haha lucu sekali memang, tidak pernah saling menemukan, tidak pernah saling bertatap langsung, dan tidak pernah saling berjabat sebelumnya, tapi kita mencoba untuk menciptakan pertemuan pertama justru di luar kota, Oh Tuhan kadang aku tertawa lucu jika mengingat itu semua, dan berfikir rencana apa yang Tuhan sedang jalankan untuk aku dan salah satu makhluk ciptaanNya..
Berawal dari jabatan tangan dan saling memperkenalkan diri seolah kita memang baru berkenalan dalam dunia nyata. Obrolan ringan yang mengawalinya di sertai candaan khas nya yang menyebut diriku adalah kekasih temannya :D disitu suasana mulai mencair, tertawa lepas, seperti ketika aku dan dia tertawa lepas melalui sambungan telephone setiap malam nya..haha, sulit di percaya, ini di luar dugaanku yang sebelumnya mengira bahwa aku akan menjadi wanita yang pemalu, mengatur setiap ritme kalimat yang keluar dari bibir, dan menjaga gerak gerik ku selama di depan dia, dan ternyata aku begitu lepas bercengkerama dengan dia, laki laki berjaket hitam itu..
Dalam laju angkutan bus malam itu kita sudah seperti orang yang telah lama kenal yang bertemu lagi, seakan tidak ada rasa canggung dan gugup lagi, candaan demi candaan kita lewati, hingga tak terasa rasa lelah menghampiri kami, sejenak hening membungkam bibir kami, tak ada sepatah kata yang keluar, tatapan mata kosong ku menatap jauh keluar jendela yang mulai di hiasi dengan tetesan sisa sisa hujan dan menyandarkan sedikit kepalaku ke pundaknya, entahlah rasa nyaman dan aman itu muncul ketika aku meminjam sebagian pundaknya untuk sandaran kepalaku.Setelah sesaat dalam sandaran, aku mulai mengangkat kepala lagi, dan menengok ke arahnya untuk mengecek apa yang sedang dia lakukan selama aku bersandar di bahunya, dan ternyata dia masih setia menjagaku dalam lelap..its so sweat..
hai Sebuah nama yang memakai jaket hitam..
Sadarkah kamu, sejak pertemuan itu aku menjadi sosok wanita yang penuh dengan semangat, semangat untuk menanti pertemuan pertemuan selanjutnya denganmu, semangat untuk merangkai canda tawa lepas lagi denganmu, semangat untuk berdebat sengit membahas hal hal sepele setiap malamnya. Sepertinya kita terjebak dalam suasana yang sama, dalam perasaan yang sama, tapi juga sama sama enggan untuk mengungkapkannya, kita ibarat saling menunggu satu sama lain tanpa ada yang memulainya. Entahlah, apapun itu semoga kita masih di beri kesempatan untuk merangkai cerita indah, indah, dan lebih indah lagi kedepannya.
Untuk Sebuah Nama, Laki - Laki Berjaket Hitam itu.. 
Paiton, 07 Mei 2016
 

Selasa, 26 April 2016

Untuk Sebuah Nama....

 
Entah harus darimana aku memulai catatan kecil ini, bukan sebuah ungkapan hati ataupun kegalauan yaaaa hihihi..just sharing :p
5 bulan aku mengenal sebuah Nama yg sebelumnya memang tidak asing di telingaku, karena Nama itu pernah ‘sliweran’ di telinga ku, tpi itu sudah lama sekitar setahun sebelum aku bener” kenal dan tau siapa pemilik Nama itu..
dan sekarang Nama itu sering hadir di setiap akun media sosial facebook, instagram ku, dalam kontak handphone, whatsapp, dan bbm milik ku, entah suatu kebetulan atau memang Allah sudah menggariskan kalo aku dan Nama itu kini saling mengenal satu sama lain, entah aku ndak tau apa rencana Allah, tpi semoga rencana Allah indah utk aku dan Nama itu (ciiee ciiee ninda mulai baper :D) hehehe
suatu ketika Nama itu pernah menulis sebuah tulisan dalam Blog pribadinya, tanpa aku sadari tnyata tulisan itu tentang bagaimana awal kita kenal hingga saat ini, dan yang makin bikin aku terbang ke langit ketujuh (wkwkwk sedikit lebay gpp) di tulisan itu dia mengungkapkan apa yg dia rasakan ttg aku, kalo menurut aku sih semacam rasa respect atau emmmm gimana yaaa, sulit ngejelasinnya deh sumpah :o intinya dia suka sama saya gitu dah biar gak ruet :D waktu aku ngebaca pertama kalinya tulisan nya di Blog itu aku dalam posisi tangan kanan pegang sendok sambil makan, tangan kiri pegang handphone sambil mata ngebaca tulisan segitu banyaknya di hape, sambil ketawa” sendiri (hehehe) yang tadinya aku lapar sekali, setelah baca tulisan itu rasanya jadi kenyang deh, kayak habis makan kebab turki 4 potong sekaligus ( wkwkwk) makan jadi gak aku terusin :D
nah, berawal dari tulisan dia di Blog itu aku dan Nama itu mulai intens lagi dalam komunikasi, hampir setiap hari dia chat bahkan hanya untuk sekedar say hello. Ketika saya kembali dari pulang kampung awal bulan April ini, Nama itu menjemput saya di terminal surabaya, dan disitulah pertama kalinya aku dan Nama itu ketemu secara langsung, sebelumnya selama kita kenal gak pernah sekalipun ketemu (hehe rejeki anak sholehah). Memang betul, kesan pertama itu memang akan menjadi penilaian trhadap ssuatu, dan itu aku rasakan..
Yang menjadi ketakutan dalam diriku saat ini, sampai sejauh mana aku dan Nama itu akan saling mengenal, akan kah lanjut mengenal lebih dalam satu sama lain hingga bermuara pda akhir yg indah, atau hanya pada batas akhir dimana Allah memutuskan utk mengakhiri ‘perkenalan’ aku dan Nama itu tanpa memiliki ending yg indah??entahlah, namun jika dalam hal ini aku di beri dua pilihan menjadi masalalu nya atau masa depannya, aku ingin menjadi masa depannya :) allahumma aamiin :D :D :D
dan untuk sebuah Nama... Paiton, 25 April 2016
 

Sabtu, 26 Maret 2016

Kerinduanku Kepada Ayah

Aku adalah seorang anak yang terlahir dari sebuah keluarga kecil yang sederhana. Keluargaku terdiri dari lima orang, yaitu Ayah, Ibu, aku dan dua orang adikku. Aku sangat bahagia, mempunyai keluarga yang harmonis dan sangat sayang kepadaku dan adik-adikku. Kebahagiaan selalu menghiasi hari-hari kami walaupun terkadang terjadi keributan kecil antara aku dan adikku, tapi kedua orangtuaku bisa memakluminya dan selalu menasehati kami tanpa amarahnya.
Ayahku adalah seorang pekerja swasta yang memiliki pekerjaan tidak tetap. Upah yang diterima kadang kala kurang memenuhi kebutuhan keluarga kami, seperti biaya sekolahku, susu untuk adik-adikku dan keperluan rumah tangga lainnya. Namun dengan keadaan ini ibuku tak pernah mengeluh, selalu memahami dan tidak pernah menuntut sesuatu yang lebih dari ayahku, Ibu selalu menyambut kedatangan ayahku dengan senyum yang indah ketika Ayah pulang kerja.
Ayahku sangat menyayangi anak-anaknya, Ayah tidak pernah marah jika kami melakukan kesalahan, hanya nasehat-nasehat bijak yang membuat kami malu untuk melakukan lagi kesalahan yang sama.
Aku sangat menghormati dan menyayangi ayahku, bahkan rasa ini terasa masih kurang bila dibandingkan dengan perjuangan keras yang dilakukannya demi menghidupi keluarga kecilnya. Sampai suatu ketika, tanpa alasan yang bisa dimengerti, Ayah berubah sikap kepada kami. Ayah menjadi mudah marah, kesalahan yang kecil yang kami lakukan berubah menjadi masalah yang besar, sepertinya aku dan Ibu adalah musuh terbesarnya. Kebahagiaan yang dulu kami rasakan telah berubah menjadi hari-hari yang menakutkan jika Ayah marah, dia selalu membentak kami dengan suara yang keras. Pada saat Ibu menyiapkan makan malam kami, Ayah datang dengan wajah tidak ramah seperti sedang menahan amarahnya. Aku dan adik-adikku takut melihat wajah Ayah yang seperti itu. Kami hanya menunduk dan duduk terdiam tanpa kata, sampai akhirnya dengan suara yang lembut ibu membuka pembicaraan menanyakan keadaan ayahku hari ini. “Ayah kenapa, kok wajahnya seperti itu?” sapa Ibu. Ayah hanya diam. Tidak ada sepatah kata pun terucap dari bibirnya.
Dengan penuh kesabaran Ibu lantas bertanya lagi. “Ayah kenapa, kecapekan ya yah? kok pertanyaan Ibu tidak Ayah jawab?”
Kali ini Ayah menjawab, namun bukan jawaban kelembutan yang kami dengar melainkan sebuah kalimat kasar dengan nada keras yang mengagetkan kami. “Kamu ini tidak melihat apa, aku sedang makan, malah bertanya terus, jadi hilang selera makanku melihat kamu!!” ujar Ayah.
Ayah melempar piring yang masih berisi nasi itu ke lantai, hingga nasi dan pecahan piring berhamburan kemana-mana. Melihat ini membuat Ibu sedih dan menangis. Kudekap adik-adikku dan kubawa masuk ke kamar untuk mengurangi rasa ketakutan mereka. Setelah itu kuhampiri Ibu untuk menenangkannya, tetapi Ibu menolak dan memintaku pergi, mungkin untuk saat ini Ibu lebih memilih untuk sendiri. Kemudian aku tinggalkan Ibu di ruang makan dan kembali kuhampiri adik-adikku di dalam kamar. Sedih hatiku melihat wajah ketakutan mereka. Aku sangat kaget terhadap perubahan sikap Ayah yang kuhormati dan kubanggakan selama ini, yang semula bagaikan malaikat, kini tiba-tiba seperti monster yang menghantui hari-hari kami.
Aku masih tidak percaya dengan kejadian itu, dan perubahan sikap Ayah. Aku bertanya-tanya apa yang salah dari Ibu, aku, dan adik-adikku? Selalu kubertanya dalam hati dan selalu saja tak bisa kutemukan jawabannya. Hingga kudapati telepon genggam ayah tertinggal saat beliau pergi bekerja. Tidak lama kemudian telepon Ayah berbunyi, ternyata sebuah pesan singkat masuk, takut ada yang penting, kuberanikan diri untuk membaca pesan masuk di telepon genggam Ayah, saat kubaca pesan singkat yang ternyata dari seorang wanita itu membuat aku terkejut dan tidak percaya. Sebuah pesan mesra dari seorang wanita yang sepertinya sedang dekat dengan Ayah membuatku kecewa pada Ayah yang kukagumi dan kubanggakan selama ini. Rasa ingin bercerita kepada Ibu mulai menyeruak dalam hatiku, namun perasaan tidak tega dan membayangkan wajah sedih ibu membuatku mengurungkan niat itu, aku lebih memilih untuk menyembunyikannya.
Siang itu, kucari dan kupanggil Ibu dan adik-adikku seperti biasa kulakukan sepulang sekolah. Kali ini kutemui Ibu sedang menangis di ruang makan. “Ibu mengapa menangis?” tanyaku. “Ibu mendapat kabar dari tetangga kalau Ayah kemarin pergi bersama seorang wanita”, jawab ibu yang membuat aku kaget mendengarnya. “Ternyata sampai juga berita ini kepada ibu,” gumamku.
“Ibu, mungkin tetangga kita salah lihat, siapa tahu yang dia lihat itu bukan Ayah, tapi orang lain” ujarku. “Tidak, itu benar ayahmu”, sahut Ibu kembali.
Aku hanya terdiam saat mendengar perkataan Ibu. Kupeluk Ibu sekedar untuk menenangkannya. Kuajak ibu masuk ke dalam kamar untuk segera beristirahat.
Keesokan harinya, aku pergi bersama temanku untuk mencari sebuah buku. Di tengah perjalanan kulihat Ayah sedang berboncengan motor dengan seorang wanita, betapa kagetnya aku melihat pemandangan itu. Aku tidak habis pikir kenapa Ayah bisa tega seperti itu, “Apa salah kami kepada Ayah? kenapa Ayah tega berbuat seperti ini kepada kami?” ujarku dalam hati. Kuurungkan niat membeli buku dan kuajak temanku segera pulang.
Sesampainya di rumah, aku berlari menuju kamar, kuhempaskan saja tas bawaanku ke sudut kamar, perasaan marah, kecewa dan emosi mulai mendera dalam hatiku, entah berapa lama aku menangis hingga membuatku tertidur. Aku terbangun saat mendengar suara keributan, ternyata Ibu dan Ayah sedang bertengkar. Aku takut mendengarnya. Kuhampiri dan segera kulerai mereka. Aku melihat Ibu menangis, ketika Ayah ingin mendaratkan tangannya ke pipi Ibu, aku langsung menarik dan memeluk Ibu. Ayah membentak Ibu dengan suara yang sangat keras dan langsung meninggalkan kami. Semenjak kejadian itu, Ayah tidak pernah pulang ke rumah, tapi kali ini terasa aneh, Ibu sama sekali tidak perduli, bahkan terkesan Ibu membiarkan saja keadaan ini. Mungkin kekecewaan yang teramat sangat membuat Ibu bersikap seperti ini.
Hari-hari kami sekarang dilalui tanpa Ayah. Menjelang tiga minggu Ayah tidak bersama kami, aku mulai merasa ada yang hilang dalam kehidupan kami, perasaan rindu akan kehadiran dan kehangatan seorang Ayah mulai menggangguku. Aku rindu sosok yang selalu menjaga keluarga kami. Aku rindu sosok yang selalu membuat kami bahagia. Aku rindu sosok yang selalu tersenyum dan pelukan hangat nasehatnya. Aku tidak tahu kemana harus mencari Ayah. Hanya seuntai doa yang kupanjatkan semoga Ayah cepat pulang ke rumah dan hari-hari kami kembali seperti dulu.
Hari ini tepat tanggal 27 Maret 2013 adalah hari ulang tahunku. Ibu, adik-adikku dan kerabat dekatku merayakannya dengan gembira, meskipun hanya acara kecil-kecilan namun terasa khidmat dipenuhi rasa syukur kepada-Nya. Namun kebahagiaan hari ini masih terasa kurang tanpa kehadiran ayah. Kembali perasaan rindu itu menggangguku. Aku berdoa dan berharap Ayah bisa hadir hari ini. Aku yakin Ayah pasti ingat hari spesialku ini. Semoga Tuhan menjawab doaku dan membawa Ayah kembali bersama kami.
Di tengah kebahagiaan yang aku rasakan, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dan ucapan salam yang membuat kami terkejut. Tampak wajah yang kami kenal dengan berpakaian rapi hadir di hadapan kami. Senyum itu, tatapan itu membuatku segera berlari memeluknya. “Aayaahhh!” teriakku gembira.
Seakan tak percaya, Ayah benar-benar hadir di hari ulang tahunku. Terimakasih Tuhan, Kau telah menjawab semua doa kami. Kemudian disusul oleh Ibu dan adik-adikku ikut memeluk Ayah. Suasana gembira dan haru meliputi keluarga kami saat itu.
“Ayah pulang, kamu jangan menangis lagi sayang, Ayah kembali untuk kamu, adik-adik dan ibu, maafkan Ayah ya” ucap ayah.
“Ibu, maafkan Ayah, Ayah sudah salah, Ayah sangat menyesal,” lanjut Ayah.
“Maaf untuk apa? Ayah enggak salah,” jawab Ibu.
“Ayah tahu, pasti Ibu sangat marah pada Ayah,” jawab Ayah lagi.
“Ibu gak marah sama Ayah, tapi Ibu hanya benci dengan perlakuan Ayah”
Melihat perdebatan Ibu dan Ayah membuatku sedih, apalagi saat kulihat guratan wajah lelah Ayah terlihat kecewa melihat sikap Ibu yang seperti itu. Ketika Ayah hendak pergi, aku langsung mengejar Ayah dan meminta Ayah untuk tidak pergi meninggalkan kami lagi. Tiba-tiba Ibu berkata, “Maafkan Ibu yah, Ibu sudah egois tidak memaafkan kesalahan Ayah”.
“Iya bu, ayah minta maaf karena sudah sia-siakan kalian”, jawab ayah. Akhirnya kami semua berpelukan dan saling melepas rindu. Kini Ayah telah kembali bersama kami. Semoga Tuhan menjaga keutuhan dan kebahagiaan keluarga kami. Aamiin.

Selasa, 22 Maret 2016

Kegalauan Seorang Cowok Anak Perantauan

Dear diary...... Kalian pernah gak ngarasain suka sama cewek tapi gak berani untuk ketemuan.!!!
Kalau pernah berarti sama seperti apa yang aku rasakan saat ini. Jadi gini sob ceritanya aku kenal dia udh hampir satu tahun tepatnya sekitar bulan juni tahun lalu. Pertama aku kenal dia dikasih tahu sama mantan atasan aku. Waktu itu mantan atasan aku bilang kalau ada prempuan yang menawan ditempat kantor beliu pimpin sekarang. Otomatis langsung aku tanya siapa namanya, beliu menjawan namanya "tiiiiiiittt" (SENSOR). Langsung dengan sigapnya aku mencari - cari dia melalui fb, aku ketik namanya "tiiiiiiiittt" keluar lah beberapa nama fb yang di bilang sama mantan atasan aku. Namun dari beberapa nama yang keluar enggak ada yang sesuai seperti apa yang dikatakan mantan atasan aku. Akhirnya aku memutuskan untuk mencari melalui fb tempat dia bekerja. Ketemu lah fb tempat dia bekerja, tp ada masalah baru fb tempat dia bekerja pertemanannya kurang lebih 2000 pertemanan. Aku coba cari satu persatu mulai huruf A sampai huruf Z aku cari teruuuuusss...... dan akhirnya stelah hampir 30 menit ketemu lah nama fb yang sesuai dengan nama yang di bilang sama mantan atasan aku dan sesuai ciri-ciri yang udah disampaikan. Setelah ketemu aku gak langsung add dia aku kepoin dulu fb dia sob mulai dari foto - fotonya, status - statusnya, pertemanannya dll. Setelah aku lihat - lihat menurut aku sih dia cantik, manis, dan kayaknya baik hati. Tanpa pikir panjang langsung aja aku add maklum jomblo sejati sob gak usah pikir panjang lihat cewek bening dikit langsung sikat. he he he
Setelah aku add fb dia aku mulai menunggu confirmasi dari dia. Aku tunggu satu hari tidak di confirmasi, dua hari belum di confirmasi, tiga hari belum juga sampai satu minggu aku lihat lagi belum di confirmasi juga aku tunggu terus dan terus sampai lah satu bulan aku add fb dia tapi sampai satu bulan pun belum di confirmasi. Aku pun berfikiran mungkin dia bukan tipe orang yang suka sama sosmed makanya sampai satu bulan aku add dia tetapi gak di confirm - confirm. Aku pun memutuskan untuk membatalkan pertemanan dengan fb dia karna aku tipe cowok yang suka sama cewek yang aktif banget di sosmed karna menurut aku cewek yang aktif di sosmed dia berarti tipe cewek yang tidak gaptek.
Setelah hampir 4-5 bulan tidak pernah lihat fb-nya lagi tiba - tiba aku lihat fb-nya ditandai sama teman fb aku namanya "tiiiiiittttt". Aku coba buka fb dia ternyata dia mulai aktif fb-an lagi aku lihat - lihat statusnya, aku lihat - lihat fotonya dan rata - rata semuanya baru. Langsung tanpa pikir panjang aku add lagi fb-nya dengan punya pikiran smoga yang kedua ini beda nasib dengan yang pertama. Tidak berselang lama langsung di confirmasi sama dia, Alhamdulillah hirobbil allamin.
Mulailah aku berfikir bagaimana strategi untuk PDKT sama dia. Jurus satu pun aku keluarkan say hello yaitu "Askum" dia pun menjawab "waalaikumsalam" mulailah jurus - jurus selanjutnya aku keluarkan. Kita pun mulai bertanya - tanya tempat tinggal dimna, kerja dimna (walaupun aku sudah tahu scih dy kerja dimna) dan pertanyaan - pertanyaan lainnya. Dari obrolan - obrolan singkat di inbox fb itu kita pun mulai akrab ditandai dengan aku mulai minta pin bb nya, Kita pun lanjut chatting di bbm!!!
Setelah hampir satu bulan kita intens chatting baik di bbm atau di fb mulai lah muncul masalah baru yaitu orang yang aku kenal ternyata suka juga sama dia. Aku pun mulai berfikir - fikir untuk lebih lanjut untuk menlanjutkan PDKT. Karna menurut aku gak enak banget jika aku tetap maju tetapi teman aku juga suka sama dia mending lebih baik aku yang mundur. Aku pun mulai sedikit demi sedikit menjauh dari dia untuk menghindari bentrok dengan teman. Namun aku dengar dari teman - teman yang lain kalau dia gak suka sama temanku. Aku pun mulai bimbang antara maju dan mundur aku piiiiiiiiiiiiikiiiiiiiirrrr terus dan aku putuskan untuk tetap maju. Akhirnya kita pun mulai intens lagi chatting!!!
Tahun baru 2016 dia ada di kota "tiiiiittt" dia pulang untuk ketemu sama ibunya katanya scih dia kangen banget sama ibunya soalnya udh lama banget enggak ketemu. Kalau dipikir - pikir aku sama dia banyak kemiripan yang pertama kita sama - sama orang prantauan kedua kita sama - sama di sini ikut keluarga saudara dari orang tua walaupun sekarang aku udah enggak scih dan masih banyak lagi kemiripan - kemiripan yang lain. Aku sama dia hampir tiap hari chatting melalui bbm maupun fb mulai dari titip salam ke ibunya, nanya udah makan pa blom dll. Namun di bulan januari itu aku kena musibah batrai hp ku tiba - tiba hilang jadi aku sama dia loscontack gak bbm-an lagi. Tapi alhamdulillah aku tetap bisa chatting sama dia melalui fb menggunakan laptop nampung waifi di sekolahan.
Bulan januari tanggal tiga satu aku pulang untuk memperpanjang plat nomor sepeda sama bayar pajak. Tanggal satu siang aku langsung balik ke probolinggo dengan do'a orang tua semoga selamat sampai tujuan dan ibu titip salam buat dia. Sampai di kota probolinggo kalau gak salah sore menjelang malam. Waktu masih pukul 20:00 WIB aku sms dia "boleh enggak klo aku telpon kamu" kurang lebihnya bahasa sperti itu dia pun membalas sms dari aku "boleh - boleh saja". Kemudian aku pun menelpon dia bukan karna aku tidak capek atau bagaimana tapi karna ingin menyampaikan salam dari ibu aku buat dia. Aku pun mulai menelpon dia,ini adalah pertama kali aku berbicara langsung sama dia bigitu gemeteran hati ini ketika pertama kali dengar bunyi tut... tut... tut.... sambil berfikir mau ngomong apa ya. Bibir pun mulai ikut - ikutan gemeteran setelah hampir lima sampai enam kali bunyi tut akhirnya dia angkat telp aku. Aku pun bilang "assalamu'alaikum" dia menjawab "wa'alaikumsalam" aku pun mulai binggung mau ngomong apa lagi. Sambil diam aku sambil mikir aku pun langsung ngomong "dapat salam dari ibu aku" dia pun menjawab "ohh gtu ya salam balik" stelah itu kita mulai obrol - obrolan ringan. Disela - sela obrolan kita aku coba bertanya sama dia "udah punya pacar blom" berharap bertanya seperti itu dia jawab dengan jawaban belum punya. Waktu dia mau jawab agak lama skitar 10 - 15 detik mungkin dy berfikir dulu. Aku tunggu...... akhirnya dia jawab dengan jawaban "sudah punya" dengar jawaban dia seperti itu hati ini rasanya bagaikan daging kambing yang di iris - iris kemudia di tusuk - tusuk kemudian di bakar. Dengan besar hati aku bilang "alhamdulillah" aku tanya lagi siapa nama? dia jawab "tiiitttt" aku tanya lagi udah lama jadian? dia jawab baru satu minggu kenal langsung jadian kenalnya waktu ada lomba - lomba. Sekali lagi dengan besar hati aku ucapkan selamat sama dia. Tidak begitu lama aku pun menyudahi pembicaraan kita melalui telp. Begitu galaunya aku setelah dengar dia sekarang sudah punya pacar. Mulai dari itu aku memutuskan untuk tidak menganggu hubungan dia sama pacarnya.
Setelah hampir begitu lama kita tidak pernah chatting lagi aku mencoba untuk bertanya sama dia "bagaimana hubungan kalian" dia pun menjawab "baik - baik saja" namun di akhir - akhir chatting kita dia bilang katanya lagi galau. Aku tanya galau kenapa? di jawab tidak bisa diungkapkan dengan tulisan. Ok aku bilang boleh enggak kalau aku telp kamu? dia jawab boleh saja. Setelah aku telp ternyata dia galau karena si pacarnya ini akhir - ahir ini jarang banget komunikasi sama dia alasannya sibuk cuma dia punya firasat bukan karena sibuk tapi karena ibu si pacarnya pernah bilang "tidak ada cewek yang lebih dekat kok pilih yang jauh" lha dari situ mungkin si pacarnya ini tidak mau mengecewakan ibunya. Singkat cerita dia sama pacarnya enggak mulus - mulus amat pacarannya belum genap satu bulan meraka pun PUTUS. Lha ini kesempatan aku untuk masuk lagi PDKT sama dia. Dari yang cuma chatting di fb dan di bbm sakarang kita sering curhat - curhatan melalui telp terakhir dia curhat suka sama dosennya cuma dosennya sudah tunangan sama teman sebangkunya. Katanya scih dia galau karna udah kagum banget sama dosen itu.... cm dia salah curhat. Curhat kok sama orang yang suka sama dia ya di kibulin biar bisa melupakan si dosen itu. Tapi dengan polosnya dia bilang iya - iya mau lupain dosen itu. Nie yang bloon dy apa yang pinter aku ya. hehehe
Tapi sekarang aku galau sob.... Aku cinta sama dia tapi aku malu mau ketemu dia takut setelah lihat aku dia nya kecewa kok enggak sama seperti apa yang dia bayangin. Kalau dalam hati kecilku aku yakin dia jodohku tapi kalau misalkan tuhan berkata lain aku enggak masalah kehilangan dia. Cuma do'a ku ya Allah berilah hambamu ini satu kesempatan sekali aja untuk ngomong di depannya kalau aku mau jadi tulang punggungnya dia dan dia apakah mau jadi tulang rusukku.
Do'a kan aku ya sob semoga lancar dapatin dy................................. Amiiiiin!!!!